Sorry
brow !!!
Itu
yang saya katakan ke Setyo, kawan saya, saat tiba di markas, karena saya bangun
kesiangan. Padahal sudah janji kalau jam 05 tepat harus berangkat ke Kota
Pasuruan, untuk meneruskan penelitian. Tergesa-gesa saya mandi, shubuh dan
kemudian berangkat pukul 05:40. Sebelum berangkat menikmati segelas teh hangat
dan sebuah tempe.
Ada
kejadian aneh di sekitar masrkas pagi ini. Saya tidak mengetahui pasti, yang
jelas tadi ada polisi. Kabar yang beredar sepertinya ada “orang tidak waras”
memukuli orang lain. Saya tidak mengetahui kepastian beritanya karena harus
berangkat ke tempat penelitian.
Sekitar
1 setengah jam perjalanan kami tiba di Kota Pasuruan. Kami sudah tahu
tempatnya, karena kemaren kamis (17/01) sudah bertandang kesana. Namun hanya
mengumpulkan data dari pak Kades dan Pak RT. Untuk hari ini waktunya untuk
langsung wawancara dengan beberapa responden terpilih. Wawancara ini terkait
dengan aspirasi masyarakat menjelang Pilgub 2013 dan Pilpres 2014.
Sampai
di Kelurahan Mayangan, Panggung rejo, Kota pasuruan sekitar pukul 07:20.
Sebelum menuju rumah responden, kami berniat untuk sarapan dulu, karena nanti
kalau sudah turun ke lapangan pasti lupa sarapan. Kami langsung menuju warung
sebelah pelabuhan pasuruan.
Dengan
sepiring nasi rawon yang ditanya harga perporsinya terlebih dulu, karena takut
kemahalan, kami mengisi perut untuk menambah kekuatan. Sambil menikmati
panorama bangkai kapal pengangkut garam dan obrolan penyemangat kami melahap
habis menu makanan itu.
Kenapa
harus Tanya harga perporsi? kata setyo pernah kena skak, makan bakso tanpa ditanya harganya, waktu bayar kena
12.000, padahal baksonya tidak enak-enak amat. Penjual nasinya ramah. Ketika
saya Tanya aslinya mana, beliau menjawab dari Madura, tapi sudah tinggal disini
sejak usia 15 Tahun. Ibu yang sudah berumur diatas 60 tahun itu saya jadikan
“korban pertanyaan”.
Baru
sekitar pukul 08:00 kami siap beraksi. Tujuan utama adalah rumah Pak RT 4 RW 1
yang kemaren kamis begitu ramah dengan kami. Namun rumahnya tidak ada
penghuninya saat kami mengetuk pintu. Kata tetangga sedang mengantar anaknya ke
sekolah. Sempat kecewa, tapi tidak begitu lama. Kami langsung ke rumah tetangga
sebelahnya untuk menanyakan rumah orang-orang yang akan kami jadikan responden.
Total yang belum kami wawancarai ada 9 orang, jadi hari ini harus kerja ekstra
karena malam ini juga, data harus dikumpulkan.
Kami
sempat merasa takut dan ragu. Apakah bisa berhadapan dengan orang-orang baru,
jenis masyarakat yang beragam, karakter yang berbeda-beda, apalagi menurut
penuturan pak Syafaat (Pegawai Kelurahan) Kelurahan sini termasuk berjenis
masyarakat keras, karena mayoritas orang Madura. Tapi itu hanya fikiran dan
spekulasi semata, saya yakin ketika dijalani pasti tidak sesulit yang dibayangkan.
Ternyata
benar, bahwa sesuatu ketika hanya difikirkan akan terasa berat, namun jika sudah
dikerjakan akan menjadi ringan. 9 responden dengan waktu rata-rata wawancara 1
jam dan pertanyaan yang hamper 200 adalah termasuk berat, apalagi respondennya
ditentukan acak, dan belum tahu ada tidaknya orangnya. Namun dengan semangat dan kerja keras, kami
berhasil menyelesaikan.
Pertama
kami mewawancarai pak Rahmat Burhanudin (42), kemudian pak Abd. Rohim(60).
Kedua orang itu masih berada dilingkungan RW 4 RT 1. Bu halimah (45), mas Fuad
Hasan (25), pak Fauzi (35), adalah responden yang berada di lingkungan RW 1 RT
1. Mereka kami wawancarai sebelum waktu dluhur tiba. Pewawancara utama saya,
setyo hanya saya ajak nemeni.
Empat
Responden lainnya, Anik zulaikha (55), Ida Qomaria (45), Diana Nuriya (22),
Muhammad (25) kami wawancarai setelah dluhur. Namun sampai setengah 5 baru tiga
yang dapat saya kunjungi rumahnya, terakhir di Diana Nuriya. Untuk Muhammad
saya putuskan untuk diwawancarai setelah maghrib saja. Semua responden menerima
kami dengan baik. Malah beberapa responden menyuguhi kami minum, teh anget,
kopi, dan beberapa jajan.
Sempat
kerepotan dengan nama-nama responden yang tidak ada dirumah, tapi dapat
teratasi dengan mencari pengganti.
Dibilang
capek sih iya, tapi dengan semangat dan optimis, akhirnya capek tadi tidak
terasa. Dengan senda gurau dan aksi gokil-gokilan kami mampu menyulap capek
menjadi energi positif. Makan siang kami tunda. Kami baru makan sekitar pukul
17:00, itupun menunya seadanya, karena warung sudah mau tutup, dan menu
utamanya sudah habis.
Untuk
sholat dluhur, asyar, dan magrib kami memanfaatkan masjid kelurahan situ,
masjid Quba namanya. Namanya sebanding dengan bangunannya. Lumayan megah. Jika
dibandingkan dengan masjid desa saya, masjid ini jauh lebih bagus. Luas,
bersih, dan indah dengan ornamen-ornamen yang menghiasi setiap sudut masjid.
Kembali
ke Surabaya pukul 19:40. Hujan cukup deras mulai dari kota pasuruan, sampai
Surabaya. Meskipun bayah kuyup, menggigil dan kedinginan tidak menyurutkan
semangat saya untuk terus belajar, mencari pengalaman. Karena Pengalaman adalah
Guru terbaik. Experience is The Best
Teacher ! . Terima kasih kawan !
Muhammad Ali Murtadlo
Surabaya,
20 Januari 2013