Sabtu, 19 Januari 2013 (Episode: Pertama Kali Menjadi Surveyor)


Sorry brow !!!
Itu yang saya katakan ke Setyo, kawan saya, saat tiba di markas, karena saya bangun kesiangan. Padahal sudah janji kalau jam 05 tepat harus berangkat ke Kota Pasuruan, untuk meneruskan penelitian. Tergesa-gesa saya mandi, shubuh dan kemudian berangkat pukul 05:40. Sebelum berangkat menikmati segelas teh hangat dan sebuah tempe.
Ada kejadian aneh di sekitar masrkas pagi ini. Saya tidak mengetahui pasti, yang jelas tadi ada polisi. Kabar yang beredar sepertinya ada “orang tidak waras” memukuli orang lain. Saya tidak mengetahui kepastian beritanya karena harus berangkat ke tempat penelitian.
Sekitar 1 setengah jam perjalanan kami tiba di Kota Pasuruan. Kami sudah tahu tempatnya, karena kemaren kamis (17/01) sudah bertandang kesana. Namun hanya mengumpulkan data dari pak Kades dan Pak RT. Untuk hari ini waktunya untuk langsung wawancara dengan beberapa responden terpilih. Wawancara ini terkait dengan aspirasi masyarakat menjelang Pilgub 2013 dan Pilpres 2014.
Sampai di Kelurahan Mayangan, Panggung rejo, Kota pasuruan sekitar pukul 07:20. Sebelum menuju rumah responden, kami berniat untuk sarapan dulu, karena nanti kalau sudah turun ke lapangan pasti lupa sarapan. Kami langsung menuju warung sebelah pelabuhan pasuruan.
Dengan sepiring nasi rawon yang ditanya harga perporsinya terlebih dulu, karena takut kemahalan, kami mengisi perut untuk menambah kekuatan. Sambil menikmati panorama bangkai kapal pengangkut garam dan obrolan penyemangat kami melahap habis menu makanan itu.
Kenapa harus Tanya harga perporsi? kata setyo pernah kena skak, makan bakso tanpa ditanya harganya, waktu bayar kena 12.000, padahal baksonya tidak enak-enak amat. Penjual nasinya ramah. Ketika saya Tanya aslinya mana, beliau menjawab dari Madura, tapi sudah tinggal disini sejak usia 15 Tahun. Ibu yang sudah berumur diatas 60 tahun itu saya jadikan “korban pertanyaan”.
Baru sekitar pukul 08:00 kami siap beraksi. Tujuan utama adalah rumah Pak RT 4 RW 1 yang kemaren kamis begitu ramah dengan kami. Namun rumahnya tidak ada penghuninya saat kami mengetuk pintu. Kata tetangga sedang mengantar anaknya ke sekolah. Sempat kecewa, tapi tidak begitu lama. Kami langsung ke rumah tetangga sebelahnya untuk menanyakan rumah orang-orang yang akan kami jadikan responden. Total yang belum kami wawancarai ada 9 orang, jadi hari ini harus kerja ekstra karena malam ini juga, data harus dikumpulkan.
Kami sempat merasa takut dan ragu. Apakah bisa berhadapan dengan orang-orang baru, jenis masyarakat yang beragam, karakter yang berbeda-beda, apalagi menurut penuturan pak Syafaat (Pegawai Kelurahan) Kelurahan sini termasuk berjenis masyarakat keras, karena mayoritas orang Madura. Tapi itu hanya fikiran dan spekulasi semata, saya yakin ketika dijalani pasti tidak sesulit yang dibayangkan.
Ternyata benar, bahwa sesuatu ketika hanya difikirkan akan terasa berat, namun jika sudah dikerjakan akan menjadi ringan. 9 responden dengan waktu rata-rata wawancara 1 jam dan pertanyaan yang hamper 200 adalah termasuk berat, apalagi respondennya ditentukan acak, dan belum tahu ada tidaknya orangnya.  Namun dengan semangat dan kerja keras, kami berhasil menyelesaikan.
Pertama kami mewawancarai pak Rahmat Burhanudin (42), kemudian pak Abd. Rohim(60). Kedua orang itu masih berada dilingkungan RW 4 RT 1. Bu halimah (45), mas Fuad Hasan (25), pak Fauzi (35), adalah responden yang berada di lingkungan RW 1 RT 1. Mereka kami wawancarai sebelum waktu dluhur tiba. Pewawancara utama saya, setyo hanya saya ajak nemeni.
Empat Responden lainnya, Anik zulaikha (55), Ida Qomaria (45), Diana Nuriya (22), Muhammad (25) kami wawancarai setelah dluhur. Namun sampai setengah 5 baru tiga yang dapat saya kunjungi rumahnya, terakhir di Diana Nuriya. Untuk Muhammad saya putuskan untuk diwawancarai setelah maghrib saja. Semua responden menerima kami dengan baik. Malah beberapa responden menyuguhi kami minum, teh anget, kopi, dan beberapa jajan.
Sempat kerepotan dengan nama-nama responden yang tidak ada dirumah, tapi dapat teratasi dengan mencari pengganti.
Dibilang capek sih iya, tapi dengan semangat dan optimis, akhirnya capek tadi tidak terasa. Dengan senda gurau dan aksi gokil-gokilan kami mampu menyulap capek menjadi energi positif. Makan siang kami tunda. Kami baru makan sekitar pukul 17:00, itupun menunya seadanya, karena warung sudah mau tutup, dan menu utamanya sudah habis.
Untuk sholat dluhur, asyar, dan magrib kami memanfaatkan masjid kelurahan situ, masjid Quba namanya. Namanya sebanding dengan bangunannya. Lumayan megah. Jika dibandingkan dengan masjid desa saya, masjid ini jauh lebih bagus. Luas, bersih, dan indah dengan ornamen-ornamen yang menghiasi setiap sudut masjid.
Kembali ke Surabaya pukul 19:40. Hujan cukup deras mulai dari kota pasuruan, sampai Surabaya. Meskipun bayah kuyup, menggigil dan kedinginan tidak menyurutkan semangat saya untuk terus belajar, mencari pengalaman. Karena Pengalaman adalah Guru terbaik. Experience is The Best Teacher ! . Terima kasih kawan !

Muhammad Ali Murtadlo
Surabaya, 20 Januari 2013

Leave a Reply