Terlalu
lama di perantauan ternyata menyisakan kerinduan juga.
Rindu melihat senyum orang tua. Rindu dengan suasana kampung halaman. Rindu
dengan kawan-kawan semasa kecil. Rindu dengan tetangga. Rindu dengan tempat
dimana dulu saya menghabiskan waktu kanak-kanak. Rindu dengan semuanya. Ah,
Rindu itu akan segera terobati.
Jum’at
ini saya pulang kampung. Pukul 7;00 saya sudah siap berangkat. Sebelum menunggu
bus di halte A. Yani depan kampus, menyempatkan diri sarapan di WS depan markas.
Rencana pulkam kali ini ingin naik kereta api. Mengulang waktu pertama kali
saya menginjakan kaki di Surabaya, 2,5 tahun silam.
Kendaraan
pertama sebelum naik kereta adalah bus kota untuk menuju ke Stasiun Pasar turi.
Sebel karena harus menunggu lama, sekitar 20 menit lebih. Entah kenapa, bus
jurusan pasar turi jarang yang lewat pagi ini. Untung sebelum jam 08:00 bus
sudah datang. Mungkin kalau jam 08:00 lebih, bus jurusan Stasiun belum datang,
saya langsung ke Terminal Wilangon untuk naik bus jurusan Bojonegoro. Tapi
Alhamdulillah bus datang juga.
Jadwal
keberangkatan kereta api KRD tujuan Bojonegoro pukul 09:10. Sehingga untuk
mengantisipasi keterlambatan saya harus sudah sampai disana sebelum pukul
09;00. Apalagi sekarang manajemen perkeretaapian sudah bagus. Semua penumpang
harus bertiket. Penumpang yang tidak bertiket dilarang masuk. Dan kabarnya,
pukul 09;00 biasanya tiket sudah habis. Maka saya harus cepet-cepet dan tiba di
stasiun sebelum pukul 09;30. Untung tiket kereta masih dan tidak harus antri
panjang. Cukup dengan Rp. 2.000 tiket jurusan Stasiun Bojonegoro sudah
terkantongi.
Pukul
09:00 semua penumpang dipersilahkan masuk dengan menunjukan tiket ke petugas.
Beda dengan dulu, naik kereta sekarang sudah tidak ada lagi penumpang illegal.
Sudah tidak ada lagi penumpang yang berdiri apalagi bergelantungan. Seperti
saya dulu, naik kereta pertama kali harus berdiri di depan pintu, dan sesekali
menggelantungkan kaki di luar. Sekarang sudah tidak ada lagi atraksi seperti
itu.
Di
dalam kereta hanya membaca Koran yang saya beli di stasiun tadi. Headline Jawa
Pos terpampang ‘’ Ibas Diplot Gantikan Anas”. Ada saja ulah politikus negeri
ini. Sudah berada di DPR Ibas malah mengundurkan diri dan lebih memilih
mengurus partai. Memang benar, kepentinganlah yang abadi dalam politik, bukan
pengabdian kepada rakyat. Inilah potret wakil rakyat di negeri ini,
mengecewakan dan menggeramkan.
Tiba
di Stasiun pukul 11:15. Mampir di At-Tanwir untuk jum’atan di Masjid Pondok. Di
sini mengingatkan saya pada kenangan 6 Tahun silam, saat masih berada di
sekolah. Masuk Sekolahan tercengang dengan perubahan bangunan yang sudah
berkembang. Kelas saya dulu sudah tak terlihat lagi dan terganti dengan
bangunan baru yang lebih megah. Yang masih sama adalah Masjid, tetap seperti semula
semenjak saya masuk di Mts.
Pukul
01;00 tiba di rumah. Akhirnya kerinduan itu terbayar sudah. Bertemu dengan
orang tua, tetangga, teman-teman dan dapat menikmati suasana kampung yang
kadang panas kadang dingin. Untuk beberapa hari ke depan saya menghabiskan
waktu di sini, di kampung halaman yang asri.
Bojonegoro,
16 Februari 2013