Tiga adalah angka ganjil. Ganjil dalam bahasa arab dikenal dengan “witir”,
maka sholat yang bilangan rokaatnya ganjil disebut sholat witir. Dalam
sebuah hadist mengatakan bahwa “Tuhan itu ganjil dan suka dengan yang ganjil”.
Tanpa ikut-ikutan saya sebenarnya suka dengan angka-angka ganjil. Oleh karena
itu di minggu ke-tiga bulan maret ini ada banyak hal yang saya sukai.
Di minggu kedua lalu, saya mendapat kesempatan mewakili AMBISI
sebagai delegasi Kongres Mahasiswa Bidikmisi PTAIN Se-Indonesia di UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang. Banyak pengalaman menarik yang saya dapatkan. Terutama
pengalaman bisa bersua dengan kawan-kawan senasib seperjuangan dari beberapa
daerah di seluruh Indonesia. Dari Gorontalo, Makasar, Banjarmasin, Yogyakarta,
Surakarta, Salatiga, Ponorogo, Tulungagung, Kediri, Malang, Semarang, Jakarta,
Banten, Bandung, Bengkulu, Lampung, Jambi dan lain-lain. Terlebih bisa bertemu
dengan tokoh tokoh pendidikan saat Seminar Nasional di Gedung Soekarno,
Rektorat UIN Maliki Malang.
Sepulang dari Malang saya merasa bahwa saya belum apa-apa dibanding
temen-temen yang lain. Saya hanya satu diantara jutaan orang yang sama-sama
mempunyai mimpi, sama-sama mempunyai cita-cita. Dan cita-cita itu pasti semua
orang bersikeras untuk mewujudkan. Seolah-olah saya hanyalah semut kecil
diantara jutaan (bahkan miliaran) semut yang memperebutkan makanan. Namun saya
yakin, tidak ada semut yang mati gara-gara bertengkar atau saling gigit
menggigit. Mereka pasti saling membantu untuk merengkuh makanan-makanan itu.
Bukan begitu?
Mau tidak mau, kita harus menggelorakan semangat. Semangat dalam
menjalani hidup jangan sampai luntur oleh apapun. Memang hidup di dunia
hanyalah sebagai batu loncatan untuk sebuah perjalanan panjang menuju hidup yang
sebenarnya. Tapi jangan sampai membuat kita menyerah untuk menaklukan dunia.
Sabda Nabi “I’mal lidunyaaka ka annaka ta’isyu Abadan, Wa’mal li Akhirotika
ka annaka tamuutu Ghodan”. (Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan
hidup selamanya, dan Bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati
besok).
***
Selasa, 19 Maret 2013 menjadi waktu yang “spesial”. Spesial bukan
berarti saya senang karena hari itu adalah hari ulang tahun saya. Tapi spesial
karena Allah masih mengizinkan saya bernafas di usia ke-20. Sebenarnya saya
kurang suka dengan istilah ulang tahun. Karena bagi saya ulang tahun bukanlah
pertambahan umur, melainkan berkurangnya jatah umur. Karena tanpa kita sadari,
pertambahan usia adalah semakin dekatnya kita kepada “kematian”. Seperti
syairnya Abu Nawas “Wa Umriy NaaQisun fi Kulli Yaumin” (dan umurku
berkurang disetiap hari). Namun, saya tetap berdo’a, mudah-mudahan sisa umur
yang akan saya tempuh di kemudian hari adalah umur yang barokah, fidiini,
dunya, wal-Akhiroh. Amiiin !
Banyak yang mengucapkan selamat ulang tahun, bahkan ada yang
memberi saya “kado”. Meskipun ucapan selamat kebanyakan dilontarkan lewat
jejaring social, facebook, saya tetap berterimakasih kepada mereka semua.
Karena bagaimanapun juga yang mengucapkan ucapan selamat adalah mereka yang
peduli terhadap saya. Terlepas dari apakah mereka berniat tulus atau tidak,
saya menganggapnya itu adalah sebuah do’a. Dan do’a adalah senjata ampuh untuk
merengkuh sebuah kehidupan yang lebih baik. Kepada siapapun yang telah memberi
ucapan selamat ulang tahun, saya ucapkan “Syukron Katsiron, Jazakumullahu
ahsanal jaza”. Mudah-mudahan Allah membalasnya dengan berlipat ganda.
***
Seperti biasa, kuliah tetap saya laksanakan. Meskipun sempat
jengkel dengan beberapa dosen yang tidak hadir, saya tetap memaknainya dengan
positif. Namun sebenarnya kecewa dengan dosen yang demikian, kita capek-capek
berangkat, dan ternyata setelah sampai di kelas tidak ada dosen. Kalau pahala
sih sudah dapat, karena sebelum berangkat sudah ada niat untuk kuliah, dan niat
baik itu meskipun belum dikerjakan sudah mendapat pahala. Tapi ilmu itu lebih
berharga dari sekedar pahala. Bukan demikan?
Kebetulan, minggu ini, dimulai hari rabu (20/03) hingga Ahad
(24/03) AMBISI ikut andil dalam Pesantren Outlook di Lapangan IAIN Sunan Ampel
Surabaya. Walaupun tidak ikut berkontribusi banyak saya tetap ikut nimbrung di sana.
Dengan tema “Bersama AMBISI menuju writing university” AMBISI memamerkan
tulisan-tulisan teman-teman yang sudah tembus media. Baik media nasional maupun
lokal, cetak maupun online.
Dari berbagai aktifitas dan pengalaman berharga diatas, saya
mendapat pelajaran berharga. Bahwa kita sebagai manusia sebenarnya bebas
menentukan pilihan dan jalan hidup kita masing-masing. Tergantung kita, mau
atau tidak. Jika kita mau untuk sukses, maka dapat dipastikan kita juga akan
sukses. Namun, sebagai orang muslim kita tidak boleh lupa bahwa semua perbuatan
dan usaha kita selalu ada “campur tangan” Tuhan. WaAllahu A’lam.!
Muhammad
Ali Murtadlo, Surabaya, 22
Maret 2013.