Sial, niatnya tidur-tiduran
malah ketiduran beneran. Setelah selesai jama’ah shubuh, mengaji kemudian
tidur-tiduran eh malah kebablasan. Bangun-bangun sudah pukul 05;30. Wah, sudah
telat. Sebenarnya tepat jam 05:00 pagi ini ada pertemuan dengan kawan-kawan LA
(Laskar Ambisius). Namun karena kebablasan akhirnya tidak ikut. Saya sms ke
Masduri, bahwa saya ketiduran. Saya sampaikan permohonan maaf yang tak
terhingga kepada dia (mereka).
Saya telah menjadi anggota
baru yang mokong. Baru ikut tadi malam tapi sudah bertingkah. Salah-salah saya
bisa dikeluarkan dari komunitas ini karena LA sangat berdisiplin. Ya, memang LA
ini memegang komitmen tinggi soal kedisiplinan. keoptimisan, kesemangatan dan
semua yang berbau progresifitas. Mimpi utamanya adalah bisa Go
International, mengunjungi menara Eifel, di Paris. Atau paling tidak bisa
berkunjung ke Danau Toba, Sumatra dan kemudian mampir di pulau Belitong, tempat
syuting Film Laskar Pelangi.
Anggota LA harus berbeda
dengan orang lain. Mereka mempunyai agenda rutin, serta hak dan kewajiban.
Diantaranya harus membaca, menulis dan berdiskusi. Membuat catatan harian,
mingguan, menulis di media, dan lain-lain. Semua anggota wajib membayar uang iuran
tiap pertemuan. Semua anggota wajib hadir disetiap pertemuan, ketika tidak
hadir dan tanpa alasan yang masuk akal akan dikenai sanksi. Semua atas
kesepakatan bersama. Tidak ada istilah senioritas, maupun junioritas. di LA
semua berstatus sama. Kira-kira seperti itu gambaran mengenai LA, meskipun saya
bukan termasuk deklator namun mempunyai keinginan untuk membangun komitmen
didalamnya.
***
Daripada tidur kembali saya
meniatkan diri untuk ikut olahraga pagi, dengan kawan-kawan Mushola, main bola
di Lapangan Basket, Dinas Perhubungan Siwalankerto. Setiap sabtu pagi sejak
saya semester awal dulu sering main bola di sini. Hitung-hitung sebagai stadion
gratis, karena mencari tempat main bola gratis di Surabaya sangat sulit. Beda
kalau di rumah saya, ada banyak tempat untuk dijadikan tempat bermain.
Saya jadi ingat tentang masa
kecil, ketika main bola di sawah samping rumah setiap ba’da asyar. Atau di
jemuran sebelah kuburan, atau di lapangan besar sebelah barat desa, tapi di
lapangan besar tempatnya agak jauh jadi saya jarang kalau main bola disana.
Mungkin hanya setiap ada turnamen antar RT setiap menjelang perayaan 17
Agustus.
Ngomong tentang
Turnamen antar RT ini saya juga punya pengalaman menarik. Rumah saya berada di
lingkungan RT 2. Lingkungan yang banyak anak-anak mudanya namun kebanyakan
masih bujang, padahal masih berumur. Akhirnya kostum kami diberi label Joker
(Joko Keren/Joko Kera’), hehe. Namun sekarang “si Joker” sudah banyak yang
berkeluarga.
RT saya jarang sekali bisa
menjuarai turnamen. Entah kenapa? mungkin kutukan, atau mungkin karma, saya
tidak begitu tahu. Yang jelas kurang begitu hoki. Saya dulu menjadi striker
andalan (Narsis.com) namun mandul. Jarang bisa memasukan bola ke gawang.
***
Kembali ke hari ini. Setelah
selesai main bola agenda selanjutnya adalah rapat evaluasi pengurus IPNU.
Bertempat di Blok M, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Jadwal tepatnya sih jam 08:00,
namun menjadi kebiasaan lama, setiap acara pasti molor, jam 08:30 baru di
mulai. Rapat kali ini merupakan laporan pertanggungjawaban setiap departemen
dan lembaga atas kinerja dari program kerja yang telah dicanangkan dulu.
Sebelum memasuki liburan nanti, tentunya evaluasi menjadi penting agar kinerja
setengah tahun kedepan bisa dibenahi. Kesimpulannya, banyak yang sudah
terealisasi namun terdapat catatan yang butuh pembenahan. Selesai pukul
setengah satu.
Malam sekitar pukul 22:00 saya
bersama pengurus IPNU lain mengunjungi MAKESTA yang diadakan PK. Amanatul Ummah
di PP. Amanatul Umah, Siwalan kerto. Sampai sana ternyata acara sudah selesai,
tinggal makan malam. Akhirnya Cuma sebentar di sana, hanya 30 menitan. Kemudian
pamit dan berniat ikut Maiyahan bersama cak Nun di Balai Pemuda.
Unik, menarik dan menggelitik
mengikuti Forum Pencerahan Bangbang Wetan bersama Cak Nun (Emha Ainun Nadjib)
di Balai Pemuda. Dengan nuansa yang All Out tanpa ada sekat status
sosial, agama, strata, kepentingan, jenis masyarakat, dan tanpa membedakan dari
aliran manapun, ratusan manusia memadati lokasi hingga shubuh menjelang. Dengan
Tema "Menanam" mereka bermaiyahan hingga pagi. Saya menjadi bagian
dari ratusan manusia tersebut. Banyak wawasan baru yang saya terima. Setidaknya
bisa menjadi tambahan pengetahuan dan pola pikir saya dalam menjalani roda
kehidupan yang heterogenis.
Memang benar-benar
menakjubkan. Coba bila kita renungkan, apa ada pengajian yang bisa betah sampai
semalam suntuk?. Pengajian paling lama hanya 2 jam itupun sudah bikin pantat
panas. Tapi beda dengan Maiyahan, meskipun berjam-jam tidak ada rasa kantuk
ataupun pantat panas. Cak Nun mengatakan inilah bedanya maiyahan dengan
forum-forum lain. Terdapat pertolongan, kebesaran, kemaha Dahsyatan Allah yang
dituangkan di acara yang dihelat setiap pertengahan bulan hijriah ini.
Sedikit memberi tahu. Bangbang
wetan merupakan salah satu forum cak Nun (Maiyahan) yang dihelat setiap bulan
bertempat di Surabaya. Ada forum-forum lain seperti, Padhang Mbulan (Jombang),
Gambang Syafaat (Semarang), Mocopot Syafaat (Jogja), Kenduri Cinta (Jakarta),
dan lain-lain yang tersebar di berbagai tempat. Maiyahan ini menanggalkan semua
jenis aliran, kelompok, etnis, agama, ras, suku, dll. Tidak pandang kaya,
miskin, susah, senang, pokoknya semua jenis manusia diperbolehkan mengikuti.
Saya baru ke-empat kali ini mengikuti.
Tema malam ini tentang
“Menanam”. Terlalu banyak yang saya dapatkan sehingga tidak banyak yang bisa
saya tuangkan dalam catatan kali ini. Menurut sepemahaman saya sebenarnya kita
hidup ini adalah untuk menanam. Menanam apa saja, tergantung kita. Ketika kita
menanam kebaikan pasti akan memanen buah kebaikan, begitu juga sebaliknya.
Namun ketika kita menanam yang perlu kita siapkan adalah benih, lahannya dan
tentunya perlu perawatan. Dalam merawat tanaman itu tentu ada ilmunya.
Banyak pencerahan yang saya
dapatkan namun tak semuanya bisa saya tuangkan dalam tulisan. Yang bikin
terkesan dan kadang bikin senyum-senyum sampai tertawa ketika sesi Tanya jawab.
Banyak pertanyaaan yang terlontar, mulai dari pertanyaan soal tasawuf, soal
hidup, sampai soal yang sensitive (Maaf Contoh: Bagaimana menghadirkan Allah
ketika sedang berhubungan Suami Istri). Pertanyaan itu ditanggapi oleh cak Nun
dengan gaya beliau. Penuh makna, gampang ditangkap namun dengan gaya kocak dan
tidak terkesan menggurui.
Disela-sela acara diselingi
dengan music, sholawatan, dan ditutup dengan do’a. Jam 03;15 saya baru pulang.
Mampir di Stasiun Wonokromo, nganter temen membeli tiket untuk pulang ke
Blitar. Namun setelah mengantri kira-kira 20 Menit, ternyata tiket habis. Sia-sia
deh menunggu. Sampai mushola sholat shubuh, mengaji dan kemudian tidur.
Mengesankan banget hari ini !
Muhammad Ali Murtadlo, 30
Desember 2012