Senin, 24 Desember 2012



Saya berusaha mengkonsentrasikan diri untuk menulis tapi gagal. Hanya ide-ide yang bermunculan namun sulit tertuang dalam sebuah tulisan yang sempurna. Pagi hanya berselancar di dunia maya dengan mengakses beberapa informasi yang saya anggap penting. Hingga menjelang tengah hari. Tiba-tiba khozin minta tolong untuk mengambilkan kontak motor duplikat di Masjid tempatnya. Dia berada di rumahnya, Kediri dan kontak motornya hilang. Kontak saya ambil dan dititipkan di Siti, dia hendak ke STAIN Kediri acara pramuka.
Niatnya meneruskan pengerjaan tugas pembagian waris, tapi baru dapat beberapa nomor ketiduran. Menjelang asyar baru bangun. Setelah asyar saya lanjutkan mengerjakan. Habis maghrib mengajar sampai setelah isya’. Pukul 20:00 ikut menghadiri undangan Halaqoh Ilmiyah yang diadakan oleh HAMASS (Harokah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri) dengan tema “Mendewakan Madzahibul Arba’ah”.
Menyimak pemaparan saudara Muhammad, Lc membuat telinga saya terusik sekaligus tergelitik. Terlalu liberal apa yang disampaikan. Pemateri yang lulusan Al-Azhar itu menurut saya terkesan berparadigma liberal dalam menanggapi masalah Ijtihad. Dia mengatakan bahwa pintu ijitihad masih terbuka lebar, dan kita tidak harus selalu bertaqlid buta dengan Madzahibul Arba’ah. Boleh bagi kita untuk berijtihad sendiri. Toh, jika ijtihad kita salah akan mendapat pahala satu, dan jika benar mendapat 2 kali lipat.
Dia mengutip perkataan Yusuf Qordhowi bahwa untuk menjadi mujtahid di masa sekarang jauh lebih mudah daripada menjadi mujtahid dimasa lalu. Ulama’ dulu memburu hadist satu saja, harus menempuh jarak bermil-mil. Sekarang cukup klik google atau di maktabah syamilah sudah muncul kitab-kitab yang diinginkan. Saya kira memang begitu, namun apakah itu akan rasional jika kita membandingkan dari segi kualitas keilmuwan antara Ulama’ sekarang dengan ulama’ dahulu. Tentu tidak. Kita pasti memahami bahwa ulama’ sekarang tidak ada apa-apanya jika dibanding ulama’ salaf dahulu dalam hal keilmuwan, kewira’ian, kesholihan, kataqwaan dan sebagainya. Maka menganut apa yang sudah diijtihadkan ulama’ terdahulu akan menjadi lebih baik untuk menghindari kesesatan.
Pulang dan kemudian menjemput Pak. Fuad di SD gayungan. Malam ini dia datang dari rekreasi yang berkedok RAKER (Rapat Kerja) di Telaga sarangan, Magetan. Sampai mushola, makan oleh-oleh. Agak larut baru bisa tidur.

Leave a Reply