Sebenarnya
hari ini saya bangun pagi, tapi tidur kembali. Pukul 06:00 mandi untuk
persiapan menuju SMP Dharma Wanita Surabaya. Untungnya tidak telat, biasanya
saya datang pas pada saat bel berbunyi, tapi hari ini lebih awal, kira-kira 3
menit sebelum bel berbunyi.
Hari
ini, agendanya adalah mengikuti Workhsop Penguatan Wawasan Kebangsaan untuk
Dosen dan Mahasiswa di Gedung Rektorat ITS (Institut Tekhnik Sepuluh November)
Surabaya. Workshop ini merupakan acara yang digelar oleh Dirjen Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidian dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.
Acara
tersebut dihadiri oleh beberapa Dosen dan Mahasiswa dari berbagai kampus di Surabaya.
Saya dan dua orang teman menjadi utusan atau perwakilan dari IAIN Sunan Ampel
Surabaya. Ini kali pertamanya saya berada di Gedung Rektorat ITS, tapi kalau
jalan-jalan ke ITS sudah beberapa kali. ITS memang kampus terkemuka tidak hanya
di Surabaya, Jawa Timur tetapi di Tanah Air, bahkan Internasional. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh merupakan produk dari ITS dan mantan Rektornya.
Jadi saya merasa sedikit bangga bisa berada di ruangan yang pernah ditempati
oleh orang-orang top, di Negeri ini.
Acara
dimulai pukul 08:30. Saya datang telat. Pukul 09:00 baru masuk diruangan dan
acara pembukaan sudah ditutup. Kemudian dilanjutkan dengan Istirahat, menikmati
snack yang disediakan. Kami diberi waktu 30 Menit untuk menyantap hidangan itu.
Wah, enak juga fikir saya, baru masuk dikasih hidangan.
Prof
A.T Soegito menjadi pemateri pertama. Beliau membahas tentang wawasan
kebangsaan dari perspektif sejarah. Prof A.T panggilan akrabnya menyampaikan
bahwa tonggak perjuangan bangsa Indonesia adalah pemuda. Melalui sumpah pemuda
yang diikrarkan pada 28 0ktober 1928 itu adalah buktinya. Dan 17 Agustus 1945
Indonesia menjadi Negara merdeka.
Di
sesi diskusi saya berkesempatan bertanya tentang kondisi pemuda saat ini yang
seolah-olah apatis dengan bangsa ini, dan bahkan ikut menggerogoti bangsa.
Seperti kasus tawuran antarpelajar, tawuran antarmahasiswa, korupsi yang
dilakukan oleh kaum-kaum muda elit, seperti Nazarudin, Andi Malarangeng, dll,
itu menunjukan betapa tidak nasionalismenya pemuda saat ini. Yang saya tanyakan
kepada Prof A.T bagaimana membangkitkan integritas dan sikap nasioanalisme
pemuda itu? Jawabnya perlu strategi pembelajaran mengenai wawasan kebangsaan.
Pembicara
kedua adalah Prof Kaelan, beliau lebih menyampaikan wawasan kebangsaan dari
filsafat pancasila. Yang mana pancasila merupakan nilai yang dimiliki bangsa
ini. Beliau mengkritisi pemerintah yang menyatakan bahwa pancasila adalah
salahsatu dari 4 pilar bangsa. Prof. kaelan mengatakan Pancasila bukanlah pilar
melainkan Pondasi.
Setelah
dluhur acara dilanjutkan dengan sesi diskusi. Diskusi dibagi menjadi dua
kelompok, kelompok mahasiswa dan kelompok dosen. Di kelompok Mahasiwa membahas
tentang isu-isu yang ada di Jawa Timur. Saat itu terjadi perdebatan yang cukup
sengit antarmahasiswa. Ada yang usul untuk membahas kasus Sampang, Bangkalan,
kasus Lokalisasi, Lumpur Lapindo. Saya mengusulkan untuk membahas Sosok
Pemimpin yang seperti apa yang diharapkan mampu memimpin Jawa Timur ini, karena
2013 nanti akan ada Pemilihan Gubernur. Karena seperti yang kita saksikan saat
ini, kita sedang mangalami krisis kepemimpina. Tapi sayangnya usul saya tidak disetujui
karena tidak ada yang mendukung.
Akhirnya
disepakati untuk membahas kasus Lumpu Lapindo. Selama kurang lebih 2 Jam kami
mendiskusikannya. Dilihat dari berbagai aspek, mulai dari hukum, politik, sosial,
ekonomi, sampai Psikologi korban. Dari segi hukumnya memang yang bertanggung
jawab adalah PT. Lapindo Brantas, dan sebagian korban sudah diberika ganti
rugi. Namun yang menjadi masalah adalah para pemilik tanah yang tidak punya
bukti surat tanah, mereka tidak menerima ganti rugi itu. Teman-teman memberikan
solusi agar ada tindakan dari pemerintah untuk memberikan ganti rugi kepada
korban yang tidak ada surat tanahnya itu. Pasalnya, Lapindo ini sudah
dinyatakan sebagai Bencana Nasional maka pemerintah diharapkan memiliki andil
dalam mengatasinya.
Acara
selesai pukul 16:30 setelah ditutup dengan penyampaian hasil diskusi dihadapan sidang
pleno. Saya pulang dengan membawa secangklong tas workshop dengan beberapa buku
modul dan tentunya membawa pengalaman berharga.